Selasa, 19 Juli 2011

140 Ha Hutan Sumatra Terbakar Tiap Hari

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Provinsi Riau di Pekanbaru menyatakan dalam sehari paling sedikit 140 hektare lahan dan hutan di Pulau Sumatra terbakar, sehingga menyulut tingginya suhu udara di sekitarnya.
Untuk mencapai suhu udara setinggi ini, luas lahan yang terbakar minimum 10 hektare. Jadi jika dikalikan sebanyak pantauan satelit yakni 14 titik, luas lahan atau hutan Sumatra yang terbakar paling sedikit 140 hektare
-- Sanya Gautami, analis BMKG
Analis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Riau Sanya Gautami, Rabu (20/7/2011), mengatakan, luas lahan dan hutan yang terbakar itu merupakan analisa hasil pantauan satelite cuaca "National Oceanic and Atmospheric Administration" (NOAA) 18 yang dioperasikan Amerika Serikat. Sebelumnya pada Selasa (19/7/2011). NOAA sempat mendeteksi sedikitnya terdapat 14 titik api di Sumatra.
Satelit NOAA 18, kata Sanya, hanya dapat mendeteksi titik kebakaran hutan dan lahan apabila suhu udara berada di atas 40 derajat Celsius.
"Untuk mencapai suhu udara setinggi ini, luas lahan yang terbakar minimum 10 hektare. Jadi jika dikalikan sebanyak pantauan satelit yakni 14 titik, luas lahan atau hutan Sumatra yang terbakar paling sedikit 140 hektare," katanya.
Sanya menjelaskan ke-14 titik api di Pulau Sumatra tersebut tersebar di empat provinsi, yaitu Aceh satu, Jambi dua, dan Sumatra Selatan tiga titik api.
Sedangkan titik api terbanyak masih berada di Riau dengan jumlah delapan titik api. "Untuk Riau kedelapan titik ini masing-masing berada di Kabupaten Bengkalis satu, Kampar dua, Rokan Hilir dua dan Kabupaten Rokan Hulu sebanyak tiga titik api," katanya.
Ia mengatakan analisa atau prediksi cuaca pada Selasa hingga beberapa hari ke depan kemungkinan sebagian besar wilayah Riau masih minim hujan.
"Potensi hujan sangat kecil, kalau pun terjadi hanya di beberapa wilayah tertentu, khususnya Riau bagian barat yang meliputi Kabupaten Kuantansingingi, dan Kampar, dengan intensitas ringan dan sifatnya juga masih lokal," kata Sanya Gautami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar