Selasa, 12 Juli 2011

Bahaya Wedhus Gembel dari Gunung Lokon

Tapi Surono tidak bisa menjamin periode itu menjadi acuan utama siklus awan panas.
Ilustrasi: gunung meletus
Warga yang menetap di kaki Gunung Lokon, Tomohon, Sulawesi Utara, masih menolak dievakuasi. Padahal awan panas sewaktu-waktu bisa meluncur ke pemukiman terdekat, yang  hanya berjarak sekitar 3,5 kilometer itu dari puncak gunung itu.

"Gunung Lokon itu pernah mengeluarkan awan panas pada 27 November 1969 dan 1991. Potensi awan panas masih ada," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono, dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Selasa 12 Juli 2011.

Surono menyayangkan warga yang enggan diungsikan. Padahal, awan panas bisa meluncur sewaktu-waktu ke arah kaki gunung.

Secara periodik, awan panas itu baru dimuntahkan lagi sekitar 22 tahun kemudian. Tapi Surono tidak bisa menjamin periode itu menjadi acuan utama siklus awan panas, atau yang biasa disebut wedhus gembel oleh warga lereng Merapi, gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Satu-satunya jalan,  lanjut Surono, meski belum ada letusan besar, warga di kaki gunung harus segera dievakuasi.
Surono kemudian menjelaskan rekam-jejak letusan Gunung Lokon itu. Pada 27 November 1969 terjadi letusan yang memuntahkan awan panas serta gugusan abu. Kemudian, pada 1991 juga terjadi letusan yang mengeluarkan awan panas. Lalu, pada 7 Juli 2000, terbentuk lubang baru di dasar kawah.

Pada Januari sampai Mei 2001, terjadi letusan abu. Februari sampai Desember 2002, letusan abu dan material pijar terlontar dari puncak gunung. Februari sampai Maret 2003, juga terjadi letusan abu.

"Pada Desember 2007 ada peningkatan kegiatan. Ada tremor. Saya khawatir dengan periode-periode itu. Risiko yang paling buruk, adalah awan panas," kata Surono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar